AlurKefasihan

Monday, June 28, 2004

Penghormatan Dari Awam

Dalam suatu riwayat yang panjang, Imam Ja'far ash-Shadiq berkata: "Barang siapa mengikuti hawa nafsunya dan mengagumi pendapatnya sendiri, maka seperti seorang lelaki yang terkenal di kalangan orang awam, sebagai orang yang baik dan suka berbuat kebajikan kepada orang lain. Orang - orang menghormatinya dan mengagungkannya. Namanya disebut - sebut oleh lidah siapa saja. Pujian dan sanjungan ditujukan kepadanya dari segala penjuru. Kemasyhurannya sebagai orang yang bertakwa dan shaleh makin mencuat, sehingga hati dan mulut siapapun rasanya telah membengkak.
Adapun pembicaraan orang tentang kemuliaan dan kedermawanannya ada di setiap perkumpulan orang dan setiap majlis. Oleh karena itu, ingin rasanya aku menyaksikan sendiri kelakuannya secara sembunyi - sembunyi, agar dia tidak mengetahui aku.
Pada suatu hari saya lihat dia dikerumuni oleh orang banyak. Secara sembunyi - sembunyi, saya mendekatinya. Memang, ternyata orang - orang tertarik kepadanya, sementara dia senantiasa beramah - tamah dengan mereka, sehingga ia pun meninggalkan mereka. Lalu saya ikuti dia dengan cara yang tidak dia sadari, sehingga aku dapat mengetahui jalan manakah yang dia tempuh, dan tempat manakah yang dia tuju, dan apa pula yang dia lakukan, serta perbuatan - perbuatan baik apa saja yang ia kerjakan.
Tidak lama kemudian, ia pun berhenti di depan toko roti. Hanya beberapa detik saja, dia telah menggunakan kesempatan, di kala pemilik toko itu sibuk. Dia mengambil dua potong roti, lalu meneruskan perjalanannya. Saya heran, lalu berkata dalam hati: "Barangkali dia telah membeli roti itu sebelumnya dan telah membayar harganya, akau dia akan membayar harganya nanti!" Kemudian kata saya pula dalam hati: "Kalau dia telah membeli roti itu, kenapakah dia menggunakan kesempatan di kala pemilik toko itu sibuk?"
Lemudian aku pun tetap mengikuti dia, sementara aku tetap berpikir - pikir, sehingga orang itu pun lewat pada penjual delima, lalu berhenti di sana sebentar. Dia perhatikan terus penjual delima itu hingga lalai, lalu ia pun mengambil dua buah delima lalu meneruskan perjalanannya. Saya terheran - heran dibuatnya, dan berkata dalam hatiku: "Barangkali kedua delima itu juga telah dia beli." Namun, saya bertanya - tanya: "Akan tetapi, kenapakah ia mengambil dua delima itu di kala penjualnya lalai?"
Selanjutnya aku tetap mengikuti dia, sehingga ia pun lewat pada orang sakit. Di sini, keheranan saya mencapai puncaknya. Yaitu di kala saya lihat dia meletakkan kedua potong roti dan kedua buah delima itu di hadapan si sakit. Pada waktu itulah saya mendekatinya, lalu berkata kepadanya:" Saya lihat Anda melakukan perbuatan yang mengherankan."
Lalu saya terangkan kepadanya semua yang talah saya saksikan tadi. Sesudah itu saya minta kepadanya agar menerangkan kepadaku apa arti semua itu. Dia pun memandang kepadaku, lalu berkata: "Bukankah Anda ini Ja'far bin Muhammad?"
"Benar. Dugaan anda benar. Akulah Ja'far bin Muhammad."
Laki - laki itu berkata: "Engkau adalah putra Rasulullah. Engkau mempunyai kedudukan dan nasab yang mulia. Akan tetapi, kemudian asal - usulmu itu tidak berguna bagimu, selagi kamu bodoh."
Saya bertanya:"Kebodohan apakah yang Anda lihat padaku?"
Dia berkata: "Apakah Anda tidak mengerti firman Allah Azza Wajalla:
"Barang siapa membawa amal baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa yang membawa perbuatan jahat, maka dia tidak diberi balasan melainkan seimbang dengan kejahatannya itu." (QS: Al An'am : 160)
Oleh karena saya mencuri dua potong roti, maka berarti saya telah melakukan dua kesalahan. Oleh karena saya mencuri pula dua buah delima, saya membuat dua kesalahan lagi. Namun, oleh karena semua itu telah saya sedekahkan, maka saya memperoleh empat puluh kebaikan. Keempat puluh kebaikan itu dikurangi empat kesalahan, maka tinggallah untukku tiga puluh enam kebaikan."
"Mampuslah Kau," tukasku kepadanya. "Kaulah yang tidak tahu kitab Allah. Tidakkah kamu mendengan firman Allah Ta'ala :
"Sesungguhnya Allah hanya menerima amal dari orang - orang yang bertakwa." (QS Al Ma'idah:27)
Sesungguhnya, oleh karena kamu telah mencuri dua potong roti, maka kamu memperoleh kesalahan, dan oleh karena kamu mencuri dua buah delima, maka ditambah dua kesalahan lagi. Oleh karena kamu telah memberikan semua itu kepada selain pemiliknya, dan tanpa perintah dari pemiliknya, maka berarti kamu berbuat empat kesalahan. Jadi, bukan berarti kamu berbuat empat puluh kebajikan, dikurangi empat kesalahan."
Al-Imam melanjutkan ceritanya: "Orang itu saya biarkan dalam keadaan seperti itu. Dia memandangi aku dengan matanya, lalu aku pun pergi."
Setelah Al-Imam selesai menyampaikan kisah ini kepada sahabat - sahabatnya, maka beliau berpaling kepada mereka, seraya berkata: "Dengan takwil buruk dan menjijikkan seperti inilah, mereka sesat dan menyesatkan orang lain."

Sumber : Cerita Bijak Orang - Orang Saleh, Murtadha Muthahari, Penerbit Srigunting.


 
Listed on Blogwise Site Meter