Etika Pemerintahan(2): Memilih Wali Negeri (Gubernur)
Surat Imam Ali Kepada Malik Asytar An-Nakha'iy Ketika Mengangkatnya Sebagai Wali Mesir dan Sekitarnya
(Perilaku Wali Negeri)
Ketahuilah hai Malik, bahwasanya aku mengutusmu ke suatu daerah yang sebelumnya telah mengalami pergantian berbagai pemerintahan, yang adil maupun yang zalim. Dan bahwasanya rakyat di sana akan memandangmu sama seperti pandanganmu terhadap para penguasa sebelummu, dan berbicara tentang dirimu seperti pembicaraanmu terhadap mereka. Sesungguhnya keadaan orang-orang baik dapat diketahui dari penilaian yang diucapkan oleh kebanyakan rakyat awam. Maka hendaklah kaujadikan amal-amal saleh sebagai perbendaharaanmu yang paling kausukai. Untuk itu, kuasailah hawa nafsumu dan pertahankanlah dirimu dari segala yang tidak dihalalkan bagimu. Sikap seperti itu adalah yang paling tidak adil bagi dirimu, baik dalam hal yang disukai ataupun yang tidak disukainya.
Insafkanlah hatimu agar selalu memperlakukan semua rakyatmu dengan kasih sayang, cinta dan kelembutan hati. Jangan kaujadikan dirimu laksana binatang buas lalu menjadikan mereka sebagai mangsamu. Mereka itu sesungguhnya hanya satu di antara dua: saudaramu dalam agama atau makhluk Tuhan seperti dirimu sendiri. Kadang-kadang mereka tergelincir dalam kesalahan atau tergoda oleh pelanggaran, sehingga timbul kejahatan akibat perbuatan tangan mereka, baik secara sengaja atau tidak. Oleh sebab itu, berilah mereka maaf dan ampunanmu sedapat mungkin, sebagaimana juga engkau mengharapkannya dari Tuhanmu. Engkau berada di atas mereka; pemimpin yang mengangkatmu berada di atasmu; dan Allah SWT berada di atas orang yang telah mengangkatmu!
Sungguh, Allah telah menugaskan kepadamu penyelesaian urusan mereka, dan Ia mengujimu dengan mereka. Maka jangan jadikan dirimu sebagai musuh yang memerangi-Nya. Sebab kau tak memiliki sedikit pun kekuatan penolak hukuman-Nya, dan kau pasti membutuhkan ampunan dan rahmat-Nya. Jangan menyesali maaf yang telah kauberikan. Jangan berbangga hati dengan hukuman yang kaujatuhkan. Jangan tergesa-gesa mengikuti nafsu amarahmu selama masih ada jalan keluar lainnya. Dan jangan menganggap dirimu seorang diktator yang harus ditaati segala perintahnya, sebab yang demikian itu adalah penyebab rusaknya jiwa, melemahnya Agama dan hilangnya kekuasaan.
Dan bila kekuasaanmu menyebabkan tumbuhnya keangkuhan dan kebanggaan dalam hatimu, alihkanlah pikiranmu ke arah keagungan kerajaan Allah di atasmu, dan kuasa-Nya terhadap dirimu sendiri. Dengan begitu kau akan berhasil mengurangi kepongahanmu, menahan kekerasan hatimu dan mengembalikan akal sehatmu bila ia hampir menyingkir darimu.
Awas, jangan coba-coba berpacu dengan Allah dan penuhilah pula hak rakyat atas dirimu sendiri, keluargamu terdekat dan orang-orang yang kaucintai. Jika tidak, maka engkau telah berbuat zalim; sedangkan siapa saja yang zalim terhadap hamba-hamba Allah, maka yang menjadi lawannya adalah Allah, bukan mereka. Dan siapa saja yang menjadi lawan Allah, pasti akan gugur hujjah-nya, dan akan diperangi-Nya sampai saat ia berhenti dan bertobat. Ketahuilah, tiada sesuatu yang paling cepat menghilangkan nikmat Allah dan menyegerakan murka-Nya seperti tindakan zalim. Sungguh Allah SWT Maha Mendengar doa orang-orang yang tertindas, dan Ia selalu siap menghukum kaum yang zalim.
Sumber : Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan