AlurKefasihan

Friday, July 02, 2004

Dunia Dalam Kehidupan Para Nabi

Sungguh dalam diri Rasulullah saw, terdapat cukup contoh teladan bagimu, serta petunjuk jelas tentang keburukan dunia dan kehinaannya, serta banyaknya buruk laku dan kejahatan yang berlangsung di dalamnya. Oleh sebab itulah beliau dijauhkan darinya, disempitkan baginya segala penjurunya, disapihkan dari air susunya dan dipalingkan dari indah perhiasannya.

Dan bila kau ingin, akan kusebutkan pula keadaan Musa kalimullah ketika ia berdoa: “Tuhanku, sungguh aku seorang fakir yang sangat mendambakan kebaikan yang Kauturunkan kepadaku.”(QS 28:24). Demi Allah, tiada yang dimintanya itu lebih dari sepotong roti untuk dimakannya.

Telah menjadi kebiasaannya makan hanya dedaunan yang ditumbuhkan bumi, sedemikian sehingga warna hijaunya tampak membayang di balik kulit perutnya, karena kurusnya yang sangat dan dagingnya yang hampir luruh.

Dan bila kau ingin, akan kusebutkan pula tentang keadaan Daud a.s., si peniup seruling dan pembaca bagi penghuni surga. Ia biasa membuat anyaman tikar dengan tangannya lalu bertanya kepada kawan-kawan bicaranya: “Siapakah di antara kalian yang bersedia menjualkan untukku?” Dari hasil penjualan itulah ia membeli roti untuk makanannya.

Dan bila kau ingin, akan kesebutkan pula tentang keadaan Isa bin Maryam a.s. Ia menjadikan batu sebagai bantalnya, mengenakan pakaian yang kasar dan makan makanan amat sederhana. Bulan adalah pelitanya di malam hari. Seluruh penjuru dunia, Timur dan Barat, adalah tempat berteduh baginya. Apa saja yang ditumbuhkan bumi untuk makanan ternak dan hewan, adalah bebuahan dan makanan baginya pula. Tiada dimilikinya seorang istri yang dapat membuatnya lalai. Tiada seorang putra yang dapat membuatnya prihatin. Tiada harta yang dapat memalingkan perhatiannya. Tiada ketamakan yang dapat menghinakannya. Kendaraannya adalah kedua kakinya. Pelayanannya adalah kedua tangannya.

Dan contohlah kelakuan Nabimu yang suci (Muhammad) saw. Dalam dirinya terdapat teladan bagi yang ingin meneladan serta hiburan bagi yang membutuhkan hiburan. Dan yang paling dicintai Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang yang mencontoh Nabi-Nya dan yang menapak bekas langkahnya.

Ditolaknya dunia dengan segala kemewahannya dan tidak diberinya perhatian sedikit pun. Beliaulah yang paling ramping pinggangnya di antara para penghuni bumi. Yang paling kosong perutnya dari makanan dunia. Ditawarkan kepadanya kemewahan dunia tetapi ditampiknya. Ia tahu Allah SWT membenci sesuatu, maka ia pun membencinya; menghinakan sesuatu, maka ia pun menghinakannya; meremehkan sesuatu, maka ia pun meremehkannya. Dan sekiranya penyakit yang melanda kita ini tidak lebih daripada kecintaan kita kepada sesuatu yang meremehkan Allah serta Rasul-Nya, dan kekaguman kita kepada sesutu yang diremehkan Allah serta Rasul-Nya, sungguh yang demikian itu sudah cukup menunjukan pembangkangan terhadap Allah dan penyimpangan dari jalan-Nya.

Telah menjadi kebiasaan Rasulullah saw, makan di atas tanah, duduk seperti seorang sahaya, menjahit sendiri sandalnya dan menambal bajunya, menunggang keledai tanpa pelana dan memboncengkan orang lain di belakangnya. Adakalanya ia melihat tirai bergambar di depan pintu rumahnya, lalu berkata kepada salah seorang istrinya : “Lepaskan itu ! Bila melihatnya, aku jadi teringat dunia dan kemewahannya.”

Demikianlah, ia berpaling dari dunia dengan hatinya, mematikan penyebutannya dalam dirinya dan menjauhkan kemewahannya dari pandangannya. Yang demikian itu demi tidak menjadikan dunia sebagai “pakaian” mewah bagi dirinya. Atau menganggapnya sebagai tempat menetap, atau mengharapkannya sebagai rumah kediaman. Lalu dikeluarkannya ia dari jiwanya, dijauhkannya dari hatinya dan dilenyapkannya dari pandangannya. Begitulah, barangsiapa membenci sesuatu, ia takkan ingin memandangnya atau mendengar tentangnya.

Dalam cara hidup Rasulullah saw. terdapat cukup petunjuk akan kejahatan dunia dan keburukannya. Beliau seringkali dalam keadaan lapar, betapapun keistimewaan kedudukan beliau di sisi Tuhannya. Digeserkan darinya segala kemewahannya, sedangkan pribadinya begitu dekat kepada Tuhannya.

Adakah pemerhati yang mau memperhatikan dengan menggunakan akalnya ? Adalah dengan begitu Allah berkehendak memuliakan Muhammad saw., atau menghinakannya ?! Jika seseorang berkata : “Allah menghendaki” ; maka ia telah berbohong dan mengucapkan kata dusta amat keji. Dan jika ia berkata : “Allah telah memuliakannya” ; maka hendaknya ia menyadari bahwa sesungguhnya Allah menghendaki kehinaan bagi orang-orang selain beliau, yang bagi mereka telah dibentangkan kemewahan dunia ini, di saat Ia menggeserkannya dari beliau, orang terdekat-Nya !

Seyogianyalah orang mengambil teladan Nabinya, mengikuti jejaknya dan memasuki tempat ia masuk. Atau, jika tidak, janganlah ia merasa aman dari kehancuran. Bukankah Allah SWT telah menjadikan Muhamad saw. sebagai tanda mendekatnya Hari Kiamat, yang menggembirakan dengan surga bagi yang taat dan mempertakuti dengan hukuman kepada yang bermaksiat ?! Ia keluar dari dunia ini dalam keadaan “ringan” dan mendatangi akhirat dengan keselamatan. Tiada ia pernah menumpuk bata di atas bata sampai ia pergi memenuhi panggilan Tuhannya.

Alangkah besar anugerah Allah dengan melimpahkan nikmat kehadiran beliau di antar kita, sebagai pendahulu yang kita ikuti jejaknya dan pemimpin yang kita turuti tapak kakinya. Demi Allah, begitu seringnya kusuruh tambalkan bajuku ini, sehingga aku merasa malu kepada si tukang tambal. Pernah seseorang berkata kepadaku : “Tidakkah sebaiknya Anda campakkan saja baju itu ?” “Enyahlah,” jawabku, “Orang-orang yang meneruskan perjalanan di malam hari akan bersuka cita bila pagi hari tiba.”

Sumber : Mutiara Nahjul Balaghah , Mizan


 
Listed on Blogwise Site Meter