AlurKefasihan

Tuesday, November 09, 2004

Etika Pemerintahan (16) (Perlakuan terhadap Musuh)

Surat Imam Ali Kepada Malik Asytar An-Nakha'iy Ketika Mengangkatnya Sebagai Wali Mesir dan Sekitarnya

Jangan menolak seruan perdamaian yang datang dari musuhmu, selama hal itu diridhai Allah. Sesungguhnya perdamaian akan memberikan istirahat bagi tentaramu, mengurangi keresahan hatimu dan mendatangkn keamanan negerimu. Tetapi tetap waspadalah terhadap musuh-musuhmu setelah engkau berdamai dengan mereka, sebab ada kalanya mereka itu mendekatimu semata-mata demi mencari kelengahanmu. Bersikaplah lugas, tegas dan berhati-hati dalam berbaik sangka.

Dan bila kau telah mengikat perjanjian dengan musuhmu atau mengikrarkan sesuatu baginya atas dirimu, lingkungilah janjimu itu dengan ketulusan dan peliharalah ikrarmu dengan amanat. Jadikanlah dirimu sendiri sebagai jaminan atas janji yang kau berikan. Sebab tidak ada sesuatu yang difardhukan Allah dan lebih patut dipegang teguh oleh manusia – betapapun beraneka ragam aliran yang mereka percayai dan berbedanya kecenderungan hati yang mereka miliki – lebih dari pada memenuhi janji amanat. Bahkan kaum musyrik pun yang kedudukan mereka di bawah kaum muslim, telah mempertahankan sikap seperti itu karena mereka benar-benar mengerti betapa buruknya akibat pengingkaran janji. Maka jangan sekali-kali melanggar ikrarmu, jangan mengingkari janjimu dan jangan mengkhianati musuhmu. Sebab, tidak ada yang berani melawan ketentuan Alah kecuali seorang jahil durjana. Sedangkan Allah telah menjadikan janji-Nya sebagai penyebab rasa aman, yang ditebarkan-Nya di antara hamba-hamba-Nya dengan rahmat-Nya, dan sebagai tempat suci yang dengan kekuatannya mereka berlindung dan berkumpul. Oleh sebab itu, jangan melakukan pengrusakan, pengkhianatan atau penipuan. Jangan membuat perjanjian dengan menggunakan ungkapan yang samar-samar yang dapat dialihkan dari maksud yang sebenarnya. Dan jangan sekali-kali mengambil keuntungan dari lemahnya susunan kalimat di dalamnya untuk mengelak dari kewajibanmu, padahal kau telah menguatkan janjimu.

Dan sekiranya kau berada dalam kesempitan karena terikat oleh perjanjian itu, jangan sekali-kali berusaha melepaskan diri dengan sesuatu selain yang haqq. Kesabaranmu menanggung kesempitan sambil mengharap datangnya kelapangan serta akibat baiknya, adalah lebih baik daripada pengkhianatan yang kaucemaskan bebannya. Sebab pengkhianatan akan mendatangkan tuntutan Allah yang melingkungimu, sehingga tidak ada lagi ruang untuk memohon ampunan-Nya, di dunia dan di akhirat.

Sumber Utama : Nahjul Balaghah, Syarif Ar-Radhiy
Sumber Rujukan : Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan


 
Listed on Blogwise Site Meter