AlurKefasihan

Saturday, November 13, 2004

Etika Pemerintahan (18) (Akhlak yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin)

Surat Imam Ali Kepada Malik Asytar An-Nakha'iy Ketika Mengangkatnya Sebagai Wali Mesir dan Sekitarnya

Jangan sekali-kali merasa bangga akan dirimu sendiri atau merasa yakin akan apa saja yang kau banggakan tentang dirimu. Jangan menjadikan dirimu sebagai penggemar puji-pujian yang berlebihan. Yang demikian itu merupakan kesempatan terbaik bagi setan untuk menghancur-luluhkan hasil kebajikan orang-orang yang berbuat baik.

Jangan mengungkit-ungkit kebaikan yang kaulakukan untuk rakyatmu atau membesar-besarkan jasa yang pernah kau perbuat, atau menjanjikan sesuatu kepada mereka lalu kau tidak memenuhinya. Perbuatan mengungkit-ungkit suatu kebajikan, memusnahkan pahalanya. Membesar-besarkan kebaikan diri, menghilangkan sinar kebenarannya. Dan menyalahi janji, menghasilkan kebencian di sisi Allah dan di sisi manusia. Allah berfirman: Sungguh besar kemurkaan Allah dalam hal kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan. (QS 61:3)

Jangan tergesa-gesa mengerjakan sesuatu sebelum waktunya, atau melalaikan di saat kau mampu melakukannya. Jangan pula memaksakan diri ketika masih diliputi keraguan, atau kehilangan semangat bila telah jelas kebaikannya. Letakkanlah segala sesuatu pada tempatnya yang selayaknya dan kerjakanlah segala sesuatu pada waktunya.

Jangan mengkhususkan dirimu dengan sesuatu yang menjadi hak bersama orang banyak. Jangan berpura-pura tidak mengetahui sesuatu yang sudah jelas bagi setiap penglihatan. Hal itu pasti akan diambil kembali darimu untuk mereka yang lebih berhak. Dan sebentar lagi akan tersingkap penutup segala yang bersangkutan denganmu, dan setiap orang yang kau langgar haknya pasti akan direnggutkan kembali haknya darimu.

Kendalikan luapan amarahmu, kekerasan tindakanmu, kekejaman tanganmu dan ketajaman lidahmu. Jagalah keselamatan dirimu dengan menahan gejolak emosimu dan menangguhkan hukumanmu sampai saat redanya kembali amarahmu. Sehingga dengan begitu kau mampu memilih yang paling bijaksana. Bahkan tidak memutuskan sesuatu kecuali setelah cukup menyibukkan hatimu dengan mengingat saat kau dikembalikan kepada Tuhanmu kelak.

Adalah kewajibanmu untuk mengingat kebaikan yang telah dilakukan orang-orang pendahulumu. Baik yang berupa pemerintahan yang adil atau tradisi yang mulia. Demikian pula berita tentang Nabi kita saw, atau ketetapan dalam Kitab Allah SWT. Contohkanlah semua itu sebagaimana telah kau saksikan kami melakukannya. Curahkanlah segala daya upayamu dalam mengikuti segala yang kupesankan kepadamu dalam suratku ini dan kuikatkan erat-erat pada dirimu. Agar kau tidak mudah dijerumuskan oleh dirimu sendiri bila ia bergegas mengikuti hawa nafsunya.

Aku mohon kepada Allah SWT; dengan rahmat-Nya yang amat luas dan kuasa-Nya yang Mahabesar yang mampu memenuhi segala permohonan, agar Ia melimpahkan taufik-Nya kepada diriku dan dirimu guna mencapai ridha-Nya dengan seadil-adil-Nya, untuk-Nya dan untuk makhluk-Nya. Juga demi kepuasan seluruh rakyat, kesejahteraan di seluruh penjuru negeri, kesempurnaan nikmatdan berlipat gandanya kemuliaan. Dan agar Ia mengakhiri hidupku dan hidupmu dengan syahadah. Sungguh kepada-Nya kita semua akan kembali. Salam untuk Rasulullah saw dan keluarganya yang baik-baik dan tersucikan, sebagaimana ia untuk dirimu juga.
(Tamat)
Sumber Utama : Nahjul Balaghah, Syarif Ar-Radhiy
Sumber Rujukan : Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan

Etika Pemerintahan 17 (Larangan Menumpahkan Darah Tanpa Alasan yang Dibenarkan)

Surat Imam Ali Kepada Malik Asytar An-Nakha'iy Ketika Mengangkatnya Sebagai Wali Mesir dan Sekitarnya

Awas! Jauhkanlah dirimu dari perbuatan menumpahkan darah siapa pun tanpa alasan yang menghalalkan. Tiada suatu yang lebih dekat kepada pembalasan, lebih berat bebannya dan lebih cepat menghilangkan nikmat serta menghentikan masa kekuasaan, daripada penumpahan darah tanpa sebab yagn dibenarkan. Ketahuilah bahwa pada Hari Kiamat, Allah SWT akan menjadikan persoalan penumpahan darah di antara hamba-hamba-Nya sebagai sesuatu yang pertama kali akan diadili-Nya. Maka jangan sekali-kali berusaha memperkukuh kekuasaanmu dengan menumpahkan darah yang diharamkan Allah. Perbuatan seperti itu justru akan melemahkan kekuasaanmu dan merapuhkannya, bahkan menghilangkannya darimu sama sekali.

Tiada maaf sedikit pun dari Allah ataupun dari aku bila kaulakukan pembunuhan dengan disengaja, sebab atasnya berlaku hukum badan. Tapi bila kau hadapkan pada suatu pelanggaran, kemudian kau menyebabkan kematian si terhukum secara tidak sengaja, akibat cambuk, pedang ataupun tanganmu, maka cepat-cepatlah mencari kerelaan keluarganya dengan menunaikan segala yang menjadi hak mereka dengan sempurna. Jangan sekali-kali engkau sampai terhalang melakukannya dengan keangkuhan kekuasaanmu.
Sumber Utama : Nahjul Balaghah, Syarif Ar-Radhiy
Sumber Rujukan : Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan

Tuesday, November 09, 2004

Etika Pemerintahan (16) (Perlakuan terhadap Musuh)

Surat Imam Ali Kepada Malik Asytar An-Nakha'iy Ketika Mengangkatnya Sebagai Wali Mesir dan Sekitarnya

Jangan menolak seruan perdamaian yang datang dari musuhmu, selama hal itu diridhai Allah. Sesungguhnya perdamaian akan memberikan istirahat bagi tentaramu, mengurangi keresahan hatimu dan mendatangkn keamanan negerimu. Tetapi tetap waspadalah terhadap musuh-musuhmu setelah engkau berdamai dengan mereka, sebab ada kalanya mereka itu mendekatimu semata-mata demi mencari kelengahanmu. Bersikaplah lugas, tegas dan berhati-hati dalam berbaik sangka.

Dan bila kau telah mengikat perjanjian dengan musuhmu atau mengikrarkan sesuatu baginya atas dirimu, lingkungilah janjimu itu dengan ketulusan dan peliharalah ikrarmu dengan amanat. Jadikanlah dirimu sendiri sebagai jaminan atas janji yang kau berikan. Sebab tidak ada sesuatu yang difardhukan Allah dan lebih patut dipegang teguh oleh manusia – betapapun beraneka ragam aliran yang mereka percayai dan berbedanya kecenderungan hati yang mereka miliki – lebih dari pada memenuhi janji amanat. Bahkan kaum musyrik pun yang kedudukan mereka di bawah kaum muslim, telah mempertahankan sikap seperti itu karena mereka benar-benar mengerti betapa buruknya akibat pengingkaran janji. Maka jangan sekali-kali melanggar ikrarmu, jangan mengingkari janjimu dan jangan mengkhianati musuhmu. Sebab, tidak ada yang berani melawan ketentuan Alah kecuali seorang jahil durjana. Sedangkan Allah telah menjadikan janji-Nya sebagai penyebab rasa aman, yang ditebarkan-Nya di antara hamba-hamba-Nya dengan rahmat-Nya, dan sebagai tempat suci yang dengan kekuatannya mereka berlindung dan berkumpul. Oleh sebab itu, jangan melakukan pengrusakan, pengkhianatan atau penipuan. Jangan membuat perjanjian dengan menggunakan ungkapan yang samar-samar yang dapat dialihkan dari maksud yang sebenarnya. Dan jangan sekali-kali mengambil keuntungan dari lemahnya susunan kalimat di dalamnya untuk mengelak dari kewajibanmu, padahal kau telah menguatkan janjimu.

Dan sekiranya kau berada dalam kesempitan karena terikat oleh perjanjian itu, jangan sekali-kali berusaha melepaskan diri dengan sesuatu selain yang haqq. Kesabaranmu menanggung kesempitan sambil mengharap datangnya kelapangan serta akibat baiknya, adalah lebih baik daripada pengkhianatan yang kaucemaskan bebannya. Sebab pengkhianatan akan mendatangkan tuntutan Allah yang melingkungimu, sehingga tidak ada lagi ruang untuk memohon ampunan-Nya, di dunia dan di akhirat.

Sumber Utama : Nahjul Balaghah, Syarif Ar-Radhiy
Sumber Rujukan : Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan

Etika Pemerintahan (15) (Perlakuan terhadap Staff Pribadi dan Orang-orang Terdekat)

Surat Imam Ali Kepada Malik Asytar An-Nakha'iy Ketika Mengangkatnya Sebagai Wali Mesir dan Sekitarnya

Kemudian, seorang wali negeri biasanya dikelilingi oleh staf pribadi dan orang-orang terdekat yang di antara mereka terdapat sifat-sifat egoisme, keangkuhan dan ketidak-adilan dalam perlakuan terhadap rakyat. Cegahlah itu semua dengan “memotong” kekuasaan orang-orang itu demi mencegah timbulnya perlakuan seperti itu dari mereka. Jangan menguasakan sepotong tanah pun kepada mereka atau kepada kerabatmu. Jangan memberi mereka kesempatan memiliki tanah yang akan menyebabkan timbulnya kesulitan bagi para pemilik tanah di sebelahnya, baik dalam hal pengairan atau fasilitas lainnya, yang mereka lakukan secara bersama dengan orang-orang lain. Hal seperti itu, hasil kenikmatannya akan dirasakan oleh orang-orangmu, sedangkan aibnya akan kautanggung sendiri di dunia dan di akhirat.

Jatuhkanlah putusanmu dengan benar atas siapa saja yang memang patut menerimanya, baik ia seorang yang dekat denganmu atau yang jauh. Bersabarlah dan ikhlaskanlah yang demikian itu, apa pun reaksi “orang-orang dekat” dan para kerabatmu. Utamakanlah akibat baik yang akan kau peroleh di masa mendatang, sebab hal itu pasti menghasilkan kebaikan berlimpah untukmu.

Dan bila sekali waktu rakyat mengira engkau telah berbuat sesuatu kezaliman, tampillah di hadapan mereka untuk mengemukakan alasanmu. Hilangkanlah segala purbasangka mereka terhadap dirimu dengan penjelasanmu itu. Tindakan seperti itu akan membiasakan dirimu berpegang pada keadilan dan menunjukkan kasih syangmu terhadap rakyatmu serta kesungguhan hatimu dalam meluruskan mereka di atas jalan kebenaran.

Sumber Utama : Nahjul Balaghah, Syarif Ar-Radhiy
Sumber Rujukan : Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan


 
Listed on Blogwise Site Meter