AlurKefasihan

Saturday, July 31, 2004

Doa Shabah

Doa ini dinamakan Doa Shabah, sebuah doa luhur yang diajarkan Nabi besar Islam, Nabi Muhammad Saw kepada menantunya, sekaligus murid terbaiknya dalam risalah Nabi, Imam Ali bin Abi Thalib kw. Nabi Muhammad Saw mengajarkan untuk membaca doa ini di pagi hari. Riwayat mengatakan doa ini umumnya dibaca setelah sholat Shubuh dan ada riwayat dari Sayyid Ibnu Baaki, dibaca setelah sholat sunnah Shubuh.
Dan apakah ada waktu yang lebih baik untuk membaca doa selain di pagi hari? Pagi hari merupakan waktu dimana manusia sekali lagi 'menyapa' dunia dan menyiapkan dirinya untuk menjalankan peribadatan kepada Allah Swt, dari menuntut ilmu hingga mencari nafkah. Mengawalinya dengan doa dapat menumbuhkan keyakinan akan hadirnya pertolongan dan perlindungan Allah Swt dalam seluruh kegiatan yang kita jalani.

Bismillaahirrahmaanirrahim
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah! Wahai Yang mengulurkan lidah pagi dalam ucapan fajarnya,
Mengirimkan serpihan – serpihan malam yang gelap ke dalam redup kegagapannya
Yang menetapkan pembuatan bintang – bintang yang beredar agar tetap pada orbitnya
Dan memancarkan sinar matahari dengan cahayanya yang menyala

Wahai Yang menunjukkan zat-Nya dengan zat-Nya
Dan suci dari kesamaan makhluk – makhluk-Nya
Dan Maha Mulia, tiada yang menyamai sifat – sifat-Nya
Wahai Yang Dekat pada pikiran yang melintas
Dan jauh dari pandangan mata
Dan mengetahui sebelumnya apa yang akan ada
Wahai Yang telah menidurkanku dalam naungan keamanan dan perlindungan-Nya
Dan membangunkan aku dengan nikmat – nikmat dan kebaikan yang dianugerahkan-Nya
Dan menahan dari padaku cengkeraman kejahatan dengan kekuasaan dan kekuatan-Nya

Ya Allah, limpahkanlah kiranya karunia, atas penunjuk jalan (Nabi Muhammad Saw) kepada-Mu di malam yang paling kelam
Ia yang berpegang pada tali kemuliaan yang terpanjang, dari tali-Mu
Yang kemuliaannya terbukti pada puncak bahu – bahu kukuh
Dan yang kakinya berpijak kokoh walaupun di tempat – tempat licin di zaman dahulu
Dan atas keluarganya, yang baik, dan yang terpilih

Dan bukakanlah bagi kami, ya Allah, daun – daun pintu pagi dan kunci – kunci rahmat dan kemenangan
Kenakanlah kepadaku, Ya Allah, sebaik – baik busana petunjuk dan jubah kebaikan
Tuangkanlah ya Allah dengan kebesaran-Mu pada ku minuman dan mata air kekhusyuan
Alirkanlah, ya Allah, dalam mengingat kebesaran-Mu, air mata dari sudut – sudut mataku !
Dan didiklah aku ya Allah, dengan sifat kecukupan dari segala urusan yang tidak layak dikerjakan

Tuhanku, apabila tidak kau dahulukan aku dengan rahmat dari-Mu dengan taufik yang baik begiku
Maka siapakah yang dapat membawaku kepada-Mu pada jalan yang jelas?
Jika Engkau biarkan aku hanya bersandar pada harapan dan cita – cita, maka siapakah yang akan menyelamatkan ketergelinciranku dari sandungan hawa nafsu ?
Apabila pertolongan-Mu meninggalkan aku dalam pertempuran melawan hawa nafsu dan syaitan
Maka sungguh pengabaian-Mu itu akan membawa pada kesulitan dan kepapaan
Tuhanku, inilah aku yang datang kepada-Mu, hanya berbekalkan harapan
Atau aku bergantung pada ujung – ujung tali-Mu ketika dosa – dosaku telah mengusirku dari rumah tujuan
Maka betapa buruk kendaraan yang dikendarai jiwaku dengan hawa nafsunya
Celakalah atasnya karena tergoda oleh sangkaan – sangkaan dan hasrat – hasratnya sendiri
Dan kehancuran atasnya karena keberanian terhadap penghulu dan pelindungnya

Wahai Tuhanku, aku mengetuk pintu rahmat-Mu dengan tangan harapanku
Aku lari kepada-Mu mencari perlindungan dari hawa nafsuku yang tak terkendali
Dan aku menggantungkan jari – jari cintaku ke ujung tali – tali-Mu
Maka ampunilah Ya Allah, dari ketergelinciran dan kesalahan yang telah aku perbuat
Dan bebaskan aku, dari kejatuhan kerendahanku dan keburukan lencanaku
Sesungguhnya Engkau adalah penghuluku, Pelindungku, sandaranku dan harapanku
Dan Engkau adalah tujuan hasratku, tumpuan harapanku, dalam kegundahanku dan kemampuanku

Tuhanku, bagaimana mungkin Kau usir seorang (pengemis) miskin yang lari meminta pertolongan kepada-Mu dari dosa – dosanya?
Atau mungkinkah Kau kecewakan orang yang mencari petunjuk yang bergegas menuju-Mu?
Atau mungkinkah Kau tolak orang yang kehausan datang ke telaga-Mu untuk minum ?
Sungguh tidak! Karena telaga-Mu penuh walaupun dalam sulitnya kemarau
Pintu-Mu senantiasa terbuka bagi pencari dan yang hendak masuk
Engkau adalah tujuan permohonan dan tumpuan harapankuTuhanku, inilah kendali – kendali jiwaku aku telah mengikatnya dengan ikatan – ikatan kehendak-Mu
Inilah beban – beban dosaku, telah ku sandarkan pada ampunan-Mu dan rahmat-Mu
Dan inilah hawa nafsuku yang menyesatkan, aku telah limpahkan ke haribaan kebaikan dan kasih sayang-Mu

Maka jadikanlah pagiku ini, Ya Allah penuh dengan cahaya petunjuk
Dan mendapat keselamatan dalam agama dan dunia
Dan jadikan petangku perisai terhadap tipuan musuh – musuh dan perlindungan terhadap rayuan nafsu yang merusak
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki
Dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki
Dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki
Di sisi-Mu segala kebaikan, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu

Engkau masukkan malam kepada siang
Engkau masukkan siang kepada malam
Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati
Dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup
Dan Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa batas
Tiada Tuhan selain Engkau ! Maha suci Engkau, bagi-Mu segala pujian
Siapakah yang mengenal kodrat-Mu kemudian dia tidak takut kepada-Mu?
Siapakah yang mengenal Engkau lalu tidak menyegani-Mu?
Dengan kekuasaan-Mu, Engkau gabungkan yang tercerai berai
Dengan kehalusan-Mu, Engkau belah waktu subuh (malam dan siang)
Dengan kemurahan-Mu, Engkau terangi malam yang kelam
Engkau alirkan dari batu – batu keras air berkilat air tawar dan asin
Dan Engkau kucurkan dari awan, air yang deras tercurah
Dan Engkau jadikan matahari dan bulan sebagai lampu bersinar bagi makhluk-Mu
Tanpa lelah dan tanpa susah dalam apa yang telah Engkau mulai dengannya
Maka, Wahai Yang Memonopoli Kemuliaan dan Keabadian
Dan menundukkan hamba – hamba-Nya dengan kematian dan kepunahan
Limpahkanlah karunia atas Muhammad dan keluarganya yang bertaqwa

Dengarkanlah seruanku
Kabulkanlah kiranya doaku
Wujudkanlah harapan dan hasratku dengan karunia-Mu

Wahai sebaik – baiknya Dzat yang dimohon untuk menyingkap kesulitan dan harapan dalam keadaan susah dan senang
Pada-Mu kulimpahkan hajatku, maka janganlah Engkau kecewakanku dari mulianya pemberian – pemberian-Mu.
Wahai Yang Maha Pemurah, Wahai Yang Maha Pemurah, Wahai Yang Maha Pemurah
Dengan rahmat Mu Wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih
Dan Allah melimpahkan karunia kepada sebaik – baik makhluk-Nya (yaitu) Muhammad dan keluarganya semua

(Kemudian sujudlah dan ucapkanlah (dalam sujudmu))
Tuhan-ku ! Hatiku tertutupi, jiwaku ternodai
Dan akalku terkalahkan, hawa nafsuku menang
Dan ketaatanku sungguh sedikit, maksiatku sungguh banyak
Dan lidahku terbiasa dengan dosa – dosa
Maka bagaimanakah daya upayaku, Wahai Yang Maha Menutupi aib dan noda
Wahai Yang Mengetahui Segala Yang Gaib
Wahai Yang Menyingkap semua duka
Ampunilah semua dosa – dosaku
Demi kehormatan Muhammad dan keluarganya
Wahai Yang Maha Pengampun, Wahai Yang Maha Pengampun, Wahai Yang Maha Pengampun
Dengan Rahmat-Mu Ya Arhamar Rahimin

Sumber Utama :
Sumber Rujukan : Doa Harian Nabi Muhammad Saw dan keluarganya, Pustaka Zahra

Monday, July 26, 2004

Doa Perlindungan ( Dibaca ketika sujud )

Subhaana Dzil Mulki wal Malakuut(i)
Mahasuci Allah, yang memiliki segala Kerajaan dan Kekuasaan
Wal-Jabaruuti wal-Kibriyaa i wal-'Azhamah
Kebanggaan, Kebesaran dan Keagungan
A'udzubika bi-ridhaaka min sakhathik(a)
Aku berlindung kepada-Mu (Ya Allah) dengan keridhoan-Mu dari kemurkaan-Mu
Wa a'udzu bi-mu'aafatika 'an 'uqubatik(a)
Aku berlindung pada-Mu (Ya Allah) dengan karunia-Mu dari siksa dan bencana-Mu
Wa a'uudzu bika minka
Aku berlindung pada-Mu (atas segala bala dan musibah yang datang) dari-Mu
Laa uh-shi tsanaa'an 'alayka Anta
Aku tak dapat menghitung dengan segala pujian dan sanjungan yang kuucapkan pada Dzat-Mu
Kamaa ats-nayta 'alaa nafsik(a)
Sesuai dengan pujian yang telah Engkau berikan pada-Mu atas Dzat-Mu

Sumber Rujukan : Doa – doa dalam sujud, Alwi husein, Lc , Pustaka Zahra
Sumber Utama    : Kanzu Al-Ummal Juz 8 : 223

Hakikat Istighfar

Di hadapan Imam Ali, seseorang mengucapkan, “Astaghfirullah (Saya memohon ampunan kepada Allah).” Kemudian Amirul Mukminin berkata  kepadanya :
“Ibu Anda boleh menangisi Anda; Anda tidak tahu apa makna istighfar. Istighfar dimaksudkan bagi orang – orang yang berkedudukan tinggi. Kata itu berdiri di atas enam pilar yang kokoh.
Pilar – pilar tersebut adalah :
Pertama, bertaubat atas yang lalu.
Kedua, bertekad bersungguh – sungguh untuk tidak kembali ke perbuatan maksiat.
Ketiga, memenuhi hak – hak manusia agar Anda menemui Allah dengan jiwa bersih tanpa sesuatu pun yang harus dipertanggung-jawabkan.
Keempat, memenuhi setiap kewajiban yang Anda abaikan di waktu lalu sehingga sekarang Anda dapat berlaku adil atasnya.
Kelima, berkenaan dengan daging yang tumbuh yang dihasilkan dari pendapatan haram agar Anda meleburkannya dengan kesedihan dan bertaubat sampai kulit menyentuh tulang, dan daging baru tumbuh antara kulit dan tulang tersebut.
Dan keenam, membiarkan tubuh merasakan perihnya ketaatan sebagaimana dahulunya Anda merasakan manisnya berbuat maksiat.
Dalam keadaan semacam itu, Anda boleh mengatakan, 'Astaghfirullah.'”
(Taubat memiliki beberapa tingkatan. Secara syariat, taubat dapat dilakukan hanya dengan mengamalkan empat syarat pertama. Adapun syarat kelima dan keenam merupakan syarat kesempurnaan taubat dan merupakan hakikat taubat tertinggi.)
Sumber Rujukan : Kisah – Kisah Bertabur Hikmah Nahjul Balaghah, Penerbit Cahaya.
Sumber Utama : Nahjul Balaghah, hikmah ke 426

Friday, July 09, 2004

Bagaimana Melihat Allah ... ?

Seorang laki-laki bernama Dzi'lib Al-Yamani bertanya: “Dapatkah Anda melihat Tuhanmu, wahai Amir Al-Mukminin?” Jawab Imam Ali r.a.: “Akankah aku menyembah sesuatu yang tidak kulihat?!” “Bagaimana Anda melihat-Nya?” tanya orang itu lagi. Maka beliau pun memberikan penjelasannya. :

Dia (Allah) takkan tercapai oleh penglihatan mata, tetapi oleh mata-hati yang penuh dengan hakikat keimanan. Ia dekat dengan segalanya tanpa sentuhan. Jauh tanpa jarak. Berbicara tanpa harus berpikir sebelumnya. Berkehendak tanpa perlu berencana. Berbuat tanpa memerlukan tangan. Lembut tapi tidak tersembunyi. Besar tapi tidak teraih. Melihat tapi tidak bersifat inderawi. Maha Penyayang tapi tidak bersifat lunak.
Wajah – wajah merunduk di hadapan keagungan-Nya. Jiwa – jiwa bergetar karena ketakutan terhadap-Nya.

Sumber Utama : Nahjul Balaghah
Sumber Rujukan : Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan

Apakah Allah Perlu Ada?

Imam ash-hadiq, sebagai salah satu pemuka aliran ketuhanan, berbicara kepada Mufadhdhal bin Ar tentang susunan anggota badan manusia dan ukuran – ukuran yang ditetapkan Allah padanya. Beliau berkata,”Jika Engkau cermati dan kau gunakan pikiranmu atasnya serta Engkau renungkan, maka Engkau akan mendapati bahwa segala sesuatu darinya telah ditetapkan untuk sebuah fungsi berdasarkan kebenaran dan kebijaksanaan.”

Mufadhdhal mengatakan, “Maka aku lalu berkata, ' Wahai pemimpinku, ada sekelompok orang yang mengatakan bahwa hal itu adalah kerja alam.' Maka beliau lalu berkata,'Tanyalah kepada mereka tentang alam tersebut, apakah ia sesuatu yang memiliki ilmu dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan – pekerjaan ini atau tidak? Jika mereka menjawab “Ya”, maka apa yang menghalangi mereka untuk menetapkan adanya Yang Mahapencipta? Sebab itu semua adalah ciptaan-Nya. Dan jika mereka menjawab bahwa alam telah membuat pekerjaan – pekerjaan itu tanpa ilmu dan kesengajaan, sedangkan engkau lihat bahwa apa yang diciptakan-Nya itu penuh dengan hal – hal yang tepat dan bijaksana, berarti pekerjaan itu adalah pekerjaan Pencipta yang Maha Bijaksana, dan apa yang mereka namakan alam itu adalah sunnah dalam penciptaan-Nya, yang berlaku pada apa yang diciptakan-Nya.'"
Sumber Utama : Bihar Al Anwar
Sumber Rujukan : Keagungan Ayat Kursy, Pustaka Hidayah

Seorang Yang Tidak Percaya Tuhan

Seorang pendukung atheis yang berasal dari Mesir pergi ke Mekah untuk berpartisipasi dalam suatu dialog . Di sana ia bertemu Imam ash-Shadiq ra.
Imam berkata, "Hendaknya Anda dulu yang mulai mengemukakan pertanyaan!"
Orang Mesir itu tidak berkata apa - apa.
Imam berkata, "Apakah Anda menerima bahwa bumi memiliki sisi atas dan bawah?"
Orang Mesir menjawab, "Ya."

Imam berkata, "Bagaimana Anda mengetahui bahwa bumi memiliki sisi bawah?"

Orang Mesir menjawab, "Saya tidak tahu, tetapi saya kira tidak ada sesuatu di bawah bumi?"

Imam berkata, "Ketika berhadapan dengan sesuatu yang tidak Anda pastikan, imajinasi adalah tanda ketidak mampuan. Sekarang beritahu saya, apakah Anda pernah berada di angkasa?"

Orang Mesir berkata, "Tidak pernah."

Imam melanjutkan kata - katanya, "Sungguh aneh, Anda belum pernah ke Barat atau Timur, Anda belum pernah turun ke sisi bawah Bumi atau naik ke Langit, atau melampaui mereka untuk mengetahui apa yang ada di sana, namun Anda serta - merta telah menolak keberadaan sesuatu di sana. Adakah orang bijak yang menolak segala sesuatu yang tidak diketahuinya? Padahal Anda menolak wujud Tuhan hanya karena Anda tidak bisa melihat-Nya dengan indera penglihatan."

Orang Mesir berkata, "Tak seorang pun yang berbicara seperti ini sebelumnya."

Imam berkata, "Jadi pada kenyataannya Anda memendam keraguan tentang wujud; Apakah anda kira Ia mungkin ada dan mungkin tiada?"

Orang Mesir berkata, "Mungkin begitu."

Imam berkata, "Wahai manusia, tangan orang yang tidak mengetahui adalah tangan yang kosong dari semua bukti; orang bodoh tidak pernah memiliki bukti apapun. Tidakkah Anda melihat matahari dan bulan, siang dan malam bergerak secara teratur dan mengikuti aturan yang pasti? Jika mereka memiliki pilihannya sendiri, biarkan mereka berbelok dari jalannya, dan apapun yang terjadi, mereka pasti tidak akan kembali. Mengapa mereka terus menerus kembali? Jika dalam pergerakan dan perputarannya mereka bebas, mengapa siang tidak menjadi malam dan malam tidak menjadi siang? Saya bersumpah demi Allah, bahwa mereka tidak memiliki kebebasan untuk memilih dalam gerakannya; Dialah yang memilih fenomena - fenomena ini mengikuti jalan yang telah pasti; Dialah yang memerintah mereka; dan hanya Dialah yang Memiliki semua keagungan dan cahaya yang memancar.“

Orang Mesir berkata, "Apa yang Anda katakan adalah benar."

Imam melanjutkan, "Jika Anda membayangkan alam dan waktu membawa manusia menuju ke depan, maka mengapa selanjutnya mereka tidak membawanya kembali ke belakang? Dan jika mereka membawanya kembali ke belakang mengapa mereka tidak membawanya kembali ke depan?"
"Ketahuilah bahwa langit dan bumi itu tunduk pada kehendak-Nya. Mengapa langit tidak roboh menimpa bumi? Mengapa lapisan - lapisan bumi tidak saling bertabrakan dan mengapa mereka tidak saling menumpuk ke atas untuk menimbun langit? Mengapa orang - orang yang hidup di bumi tidak saling melekat satu sama lain?


Orang Mesir berkata, "Tuhan adalah Allah dan Penguasa langit dan bumi telah melindungi mereka dari keruntuhan dan kehancuran."
Kata - kata Imam telah meyakinkan hati orang itu, hingga ia tunduk pada kebenaran dan menerima Islam.

Sumber Utama : Bihar al-Anwar, III, hal 51 – 53
Sumber Rujukan : Mengenal Tuhan dan Sifat – sifat-Nya, Lentera

Hikmah dari Tenggelam di Laut

Suatu kali seseorang bertanya kepada Imam ash-Shadiq ra, untuk membimbingnya kepada Allah. Ia berkata bahwa ia telah dibikin bingung oleh ahli - ahli filsafat. Imam bertanya, "Apakah Kamu pernah naik kapal?"
Ia menjawab, "Ya."
Imam berkata, "Apakah pernah kapal yang Kamu tumpangi karam dan tidak ada seorang pun menyelamatkanmu dari tenggelam dalam ombak laut yang sangat besar?"
Ia menjawab, "Ya."
Imam bertanya, "Pada bahaya dan kondisi keputusasaan seperti itu, apakah Kamu memiliki perasaan bahwa kekuatan yang tak terbatas dan dahsyat bisa menyelamatkanmu dari nasib burukmu?"
Ia menjawab, "Ya, benar demikian."
Imam berkata, "Allah Yang Maha Penguasa yang menjadi tempat berserah diri semuanya, dan kepadanya manusia mencari pertolongan ketika semua pintu pertolongan tertutup."
Sumber Utama : Bihar Al Anwar ,III, hal 41.
Sumber Rujukan : Mengenal Tuhan dan Sifat – sifat-Nya, Lentera

Tentang Takdir

Seorang lelaki bertanya kepada Amirul Mukminin, “Apakah kepergian kita untuk berperang melawan orang Suriah ditakdirkan Allah?” Amirul mukminin (Sayyidina Ali) memberikan jawaban yang mendetail yang sebagian darinya adalah sebagai di bawah ini.

“Celakalah Anda! Anda menganggapnya sebagai takdir yang terakhir dan tak terelakkan [ yang menurut kami telah dipastikan akan bertindak]. Apabila demikian maka tak ada masalah ganjaran atau hukuman, dan tak akan ada makna atas janji dan peringatan Allah. Allah Yang Mahasuci telah memerintahkan hamba – hamba-Nya untuk bertindak menurut kehendak bebas, dan telah memperingatkan dan mencegah mereka [dari kejahatan]. Ia telah menempatkan kewajiban – kewajiban ringan kepada meeka dan tidak meletakkan kewajiban – kewajiban berat. Ia memberikan kepada mereka [ganjaran] yang banyak sebagai imbalan atas [ amal perbuatan] yang sedikit. Ia tidak ditaati bukan karena Ia dikalahkan. Ia ditaati, tetapi tidak dengan memaksa. Ia tidak mengutus para Nabi hanya sekadar main – main. Ia tidak menurunkan Kitab bagi manusia tanpa tujuan. Ia tidak menciptakan langit, bumi dan segala yang ada di antara nya dengan sia – sia. “Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang – orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS. 38:24)

Sumber Utama : Nahjul Balaghah, Kata – kata mutiara no 78)
Sumber Rujukan : Puncak Kefasihan, Lentera

Friday, July 02, 2004

Dunia Dalam Kehidupan Para Nabi

Sungguh dalam diri Rasulullah saw, terdapat cukup contoh teladan bagimu, serta petunjuk jelas tentang keburukan dunia dan kehinaannya, serta banyaknya buruk laku dan kejahatan yang berlangsung di dalamnya. Oleh sebab itulah beliau dijauhkan darinya, disempitkan baginya segala penjurunya, disapihkan dari air susunya dan dipalingkan dari indah perhiasannya.

Dan bila kau ingin, akan kusebutkan pula keadaan Musa kalimullah ketika ia berdoa: “Tuhanku, sungguh aku seorang fakir yang sangat mendambakan kebaikan yang Kauturunkan kepadaku.”(QS 28:24). Demi Allah, tiada yang dimintanya itu lebih dari sepotong roti untuk dimakannya.

Telah menjadi kebiasaannya makan hanya dedaunan yang ditumbuhkan bumi, sedemikian sehingga warna hijaunya tampak membayang di balik kulit perutnya, karena kurusnya yang sangat dan dagingnya yang hampir luruh.

Dan bila kau ingin, akan kusebutkan pula tentang keadaan Daud a.s., si peniup seruling dan pembaca bagi penghuni surga. Ia biasa membuat anyaman tikar dengan tangannya lalu bertanya kepada kawan-kawan bicaranya: “Siapakah di antara kalian yang bersedia menjualkan untukku?” Dari hasil penjualan itulah ia membeli roti untuk makanannya.

Dan bila kau ingin, akan kesebutkan pula tentang keadaan Isa bin Maryam a.s. Ia menjadikan batu sebagai bantalnya, mengenakan pakaian yang kasar dan makan makanan amat sederhana. Bulan adalah pelitanya di malam hari. Seluruh penjuru dunia, Timur dan Barat, adalah tempat berteduh baginya. Apa saja yang ditumbuhkan bumi untuk makanan ternak dan hewan, adalah bebuahan dan makanan baginya pula. Tiada dimilikinya seorang istri yang dapat membuatnya lalai. Tiada seorang putra yang dapat membuatnya prihatin. Tiada harta yang dapat memalingkan perhatiannya. Tiada ketamakan yang dapat menghinakannya. Kendaraannya adalah kedua kakinya. Pelayanannya adalah kedua tangannya.

Dan contohlah kelakuan Nabimu yang suci (Muhammad) saw. Dalam dirinya terdapat teladan bagi yang ingin meneladan serta hiburan bagi yang membutuhkan hiburan. Dan yang paling dicintai Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang yang mencontoh Nabi-Nya dan yang menapak bekas langkahnya.

Ditolaknya dunia dengan segala kemewahannya dan tidak diberinya perhatian sedikit pun. Beliaulah yang paling ramping pinggangnya di antara para penghuni bumi. Yang paling kosong perutnya dari makanan dunia. Ditawarkan kepadanya kemewahan dunia tetapi ditampiknya. Ia tahu Allah SWT membenci sesuatu, maka ia pun membencinya; menghinakan sesuatu, maka ia pun menghinakannya; meremehkan sesuatu, maka ia pun meremehkannya. Dan sekiranya penyakit yang melanda kita ini tidak lebih daripada kecintaan kita kepada sesuatu yang meremehkan Allah serta Rasul-Nya, dan kekaguman kita kepada sesutu yang diremehkan Allah serta Rasul-Nya, sungguh yang demikian itu sudah cukup menunjukan pembangkangan terhadap Allah dan penyimpangan dari jalan-Nya.

Telah menjadi kebiasaan Rasulullah saw, makan di atas tanah, duduk seperti seorang sahaya, menjahit sendiri sandalnya dan menambal bajunya, menunggang keledai tanpa pelana dan memboncengkan orang lain di belakangnya. Adakalanya ia melihat tirai bergambar di depan pintu rumahnya, lalu berkata kepada salah seorang istrinya : “Lepaskan itu ! Bila melihatnya, aku jadi teringat dunia dan kemewahannya.”

Demikianlah, ia berpaling dari dunia dengan hatinya, mematikan penyebutannya dalam dirinya dan menjauhkan kemewahannya dari pandangannya. Yang demikian itu demi tidak menjadikan dunia sebagai “pakaian” mewah bagi dirinya. Atau menganggapnya sebagai tempat menetap, atau mengharapkannya sebagai rumah kediaman. Lalu dikeluarkannya ia dari jiwanya, dijauhkannya dari hatinya dan dilenyapkannya dari pandangannya. Begitulah, barangsiapa membenci sesuatu, ia takkan ingin memandangnya atau mendengar tentangnya.

Dalam cara hidup Rasulullah saw. terdapat cukup petunjuk akan kejahatan dunia dan keburukannya. Beliau seringkali dalam keadaan lapar, betapapun keistimewaan kedudukan beliau di sisi Tuhannya. Digeserkan darinya segala kemewahannya, sedangkan pribadinya begitu dekat kepada Tuhannya.

Adakah pemerhati yang mau memperhatikan dengan menggunakan akalnya ? Adalah dengan begitu Allah berkehendak memuliakan Muhammad saw., atau menghinakannya ?! Jika seseorang berkata : “Allah menghendaki” ; maka ia telah berbohong dan mengucapkan kata dusta amat keji. Dan jika ia berkata : “Allah telah memuliakannya” ; maka hendaknya ia menyadari bahwa sesungguhnya Allah menghendaki kehinaan bagi orang-orang selain beliau, yang bagi mereka telah dibentangkan kemewahan dunia ini, di saat Ia menggeserkannya dari beliau, orang terdekat-Nya !

Seyogianyalah orang mengambil teladan Nabinya, mengikuti jejaknya dan memasuki tempat ia masuk. Atau, jika tidak, janganlah ia merasa aman dari kehancuran. Bukankah Allah SWT telah menjadikan Muhamad saw. sebagai tanda mendekatnya Hari Kiamat, yang menggembirakan dengan surga bagi yang taat dan mempertakuti dengan hukuman kepada yang bermaksiat ?! Ia keluar dari dunia ini dalam keadaan “ringan” dan mendatangi akhirat dengan keselamatan. Tiada ia pernah menumpuk bata di atas bata sampai ia pergi memenuhi panggilan Tuhannya.

Alangkah besar anugerah Allah dengan melimpahkan nikmat kehadiran beliau di antar kita, sebagai pendahulu yang kita ikuti jejaknya dan pemimpin yang kita turuti tapak kakinya. Demi Allah, begitu seringnya kusuruh tambalkan bajuku ini, sehingga aku merasa malu kepada si tukang tambal. Pernah seseorang berkata kepadaku : “Tidakkah sebaiknya Anda campakkan saja baju itu ?” “Enyahlah,” jawabku, “Orang-orang yang meneruskan perjalanan di malam hari akan bersuka cita bila pagi hari tiba.”

Sumber : Mutiara Nahjul Balaghah , Mizan

Tentang Ruh

Dua orang Nasrani bertanya kepada sayyidina Ali “Wahai Ali. Jelaskan apa perbedaan antara cinta dan benci, padahal sumbernya satu ? Apa perbedaan antara ingatan dan lupa, padahal sumbernya satu ? Dan apa perbedaan antara mimpi yang benar dengan mimpi yang bohong, padahal sumbernya satu ?”

Sayyidina Ali menjawab, “Sesungguhnya Allah SWT menciptakan ruh-ruh sebelum badan-badan dua ribu tahun, lalu ruh-ruh itu ditempatkan di udara. Oleh karenanya, ruh-ruh yang di sana berjumpa, maka di sinipun akan bersatu saling sayang, dan ruh-ruh yang disana tidak berjumpa, maka di sinipun akan berpisah dan saling benci.

Sesungguhnya Allah menciptakan Adam as dan menciptakan pada hatinya sebuah penutup, maka ketika ada sesuatu yang lewat sementara hati terbuka, maka dia akan ingat dan hafal, dan ketika sesuatu itu lewat sementara hati tertutup, maka dia akan lupa.

Sesungguhnya Allah SWT menciptakan ruh dan menciptakan untuknya penguasa yaitu nafsu, kemudian ketika seorang hamba tidur, maka ruh keluar dan nafsunya tetap, lalu lewatlah sekelompok malaikat dan sekelompok jin, maka mimpi yang benar dari malaikat, sedangkan mimpi yang bohong dari jin.” Kemudian dua orang Nasrani tersebut masuk Islam.

Sumber : Mengungkap Untaian Kecerdasan Sayidina Ali, Al Jawad

Tentang Hadis – Hadis Yang Diriwayatkan Dari Nabi saw

Seorang laki – laki menanyakan tentang hadis – hadis bid'ah (yang dibuat – buat), dan perbedaan – perbedaan dalam periwayatannya. Maka Imam Ali r.a. menjelaskan :

“Sesungguhnya hadis – hadis yang beredar di kalangan orang banyak, ada yang haqq dan ada yang bathil. Yang benar dan yang bohong. Yang nasikh (lebih baru) dan yang mansukh (sudah kadaluwarsa, tergantikan dengan hadis yang lebih baru). Ada yang muhkam (jelas) dan yang mutasyabih (samar). Ada yang benar – benar dihapal (dari Rasulullah saw.) dan ada pula yang hanya “hasil angan – angan” orang. Dan telah ada yang memalsukan ucapan beliau di masa hidupnya, sehingga beliau pernah menyatakan dalam sebuah pidatonya: “Barang siapa membuat kebohongan mengenai aku, hendaknya ia bersiap – siap mendiami tempatnya di neraka ...!”

Adapun orang – orang yang menyampaikan hadis Rasulullah saw, tercakup dalam empat golongan, tidak ada kelimanya :

Pertama, seorang munafik yang menampakkan keimanan dan berpura – pura dalam keislaman. Tak pernah takut atau merasa ngeri berbohong secara sengaja tentang Rasulullah saw. Maka sekiranya orang – orang lain tahu bahwa ia seorang munafik pendusta, niscaya mereka takkan mau mempercayai ucapannya. Tetapi mereka (hanya) berkata: “Ia itu adalah 'sahabat' Rasulullah, telah bertemu dengan beliau, mendengar dari beliau dan belajar dari beliau ...” Lalu mereka mempercayainya dan berpegang pada ucapan yang disampaikannya. Padahal Allah SWT telah memberi tahu kamu tentang orang – orang munafik ini, dan menjelaskan sifat – sifat mereka dengan sejelas – jelasnya. Kemudian setelah Rasulullah wafat, mereka mendekatkan diri kepada pemimpin – pemimpin sesat, yang mengajak ke neraka dengan kepalsuan dan kebohongan mereka yang amat keji. Orang – orang ini pun melimpahkan jabatan – jabatan penting untuk mereka, serta menjadikan mereka penguasa – penguasa atas rakyat banyak, dan akhirnya, secara bersama – sama mereka melakukan korupsi dan manipulasi ... Dan memang manusia selalu dekat kepada para raja dan (kemewahan) dunia, kecuali sedikit, yaitu mereka yang memperoleh penjagaan Allah.

Maka orang (munafik) seperti itulah, satu dari empat orang (yang meriwayatkan hadis Rasulullah saw.).

Kedua, seorang yang mendengar sesuatu dari Rasulullah saw namun ia tidak menghapalnya dengan semestinya, lalu ia ragu dan keliru, kendatipun ia tidak sengaja berbuat bohong. Dan ia berpegang padanya, merawikannya dan menerapkannya, seraya berkata: “Aku telah mendengarnya dari Rasulullah saw.”

Maka sekiranya kaum muslim tahu bahwa ia telah tersalah dalam hal itu, niscaya mereka tidak akan menerima dan membenarkannya. Bahkan sekiranya ia sendiri menyadari kekeliruannya, pasti ia akan menolaknya juga!

Ketiga, seorang yang mendengar suatu ucapan Rasulullah saw, ketika beliau memerintahkan sesuatu, tetapi di saat lain, beliau membatalkan perintah itu dan bahkan melarangnya, sedangkan orang itu tidak mengetahuinya. Atau ada kalanya beliau melarang sesuatu, kemudian, di saat lain, beliau memerintahkan untuk mengerjakannya, sedangkan orang itu tidak mengetahuinya. Dengan demikian ia hapal yang mensukh dan tidak hapal yang nasikh. Maka sekiranya ia mengetahui bahwa hal itu sudah di-mansukh-kan, pasti ia pun akan menolaknya. Dan sekiranya kaum muslim, ketika mendengar dari orang tersebut, mengetahui bahwa hal itu sudah dimansukh-kan, niscaya mereka pun akan menolaknya.

Keempat, seorang jujur yang tidak berbuat dusta dan tidak memalsukan sesuatu dari Allah maupun rasul-Nya. Ia sangat membenci kebohongan karena ia takut kepada Allah, dan sangat menghormati Rasulullah saw. Ia tidak keliru dan tidak pula tersalah. Bahkan ia benar- benar hapal semua yang ia dengar menurut semestinya. Lalu ia menyampaikannya tepat seperti ia telah mendengarnya. Tiada ia menambahkan sesuatu padanya dan tidak pula ia menguranginya. Ia juga hapal yang nasikh dan mengamalkannya. Dan (hapal) yang mansukh, lalu menghindarinya. Ia pun mengetahui hadis yang berlaku secara umum atau khusus. Maka ia meletakkan segala sesuatu di tempatnya (yang benar). Dan ia pun pandai membedakan antara yang muhkam dan yang mutasyabih.

Memang, adakalanya ucapan – ucapan Rasulullah saw. itu memiliki arti dua segi. Yaitu ucapan yang bersifat khusus, dan yang bersifat umum. Maka sebagian orang mendengarnya, sedangkan ia tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Rasulullah saw. Lalu si pendengar membawanya dan menyiarkannya tanpa benar – benar memahami apa artinya, apa yang dimaksud dan mengapa ia diucapkan.

Dan tidak semua sahabat Rasulullah saw. mampu, (atau mudah) bertanya dan minta penjelasan dari beliau. Sampai – sampai mereka seringkali merasa senang bila seorang Badwi (orang Arab pegunungan) atau pendatang baru bertanya kepada beliau, karena dengan begitu, mereka pun dapat mendengar penjelasan beliau.

Adapun aku, tiada suatu persoalan melintas, melainkan pasti kutanyakan kepada beliau, lalu aku menghapalnya baik – baik.

Demikianlah segi – segi penyebab timbulnya perbedaan – perbedaan pada sahabat ataupun cacat – cacat dalam riwayat mereka.
(Sumber: Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan)

Keesaan Tuhan dan Sifat-sifat-Nya

Imam Husain berkata , “Wahai sekalian manusia, takutlah kalian dari kaum al-Mariqah, yaitu orang – orang yang menyerupakan Allah dengan diri – diri mereka. Mereka itulah yang menyerupai perkataan orang yang kafir dari ahli kitab. Dialah Allah yang tiada satupun menyerupai-Nya. Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.Pandangan mata tidak dapat melihat-Nya tetapi Dialah yang melihat segala pandangan. Dialah Yang Mahalembut dan Mahamengetahui. Sucilah Dia dalam wahdaniyah-Nya. Murnilah Ia dalam jabarut-Nya.

Dia menetapkan kehendak, iradah, kudrat dan ilmu-Nya dengan keberadaan-Nya. Tiada yang membantah satu pun dari urusan-Nya, tiada setara yang menandinginya, tiada lawan yang menentang-Nya, tiada tandingan yang menyerupai-Nya, tiada serupayang membentuk-Nya. Segala urusan tidak mengubah-Nya, segala keadaan tidak mempengaruhi-Nya dan segala kejadian tidak menurunkan-Nya.
Orang – orang yang menyifati-Nya tidak mampu mengetahui hakikat keagungan-Nya. Kesempurnaan jabarut-Nya tak pernah terlintas di hati. Tak ada yang menandingi-Nya dalam segala sesuatu. Para ulama dengan kecerdasannya tidak bisa mengetahui-Nya, begitu pula para ahli pikir dengan pemikirannya, kecuali dengan membenarkan hal ini sebagai keimanan kepada kegaiban. Karena Dia tidak bisa disifati dengan satu pun sifat – sifat makhluk. Dia Mahaesa dan tempat bergantung segala sesuatu. Apa yang digambrkan dalam imajinasi berbeda dengan hakikat-Nya.

Dia bukanlah Tuhan yang disampaikan dengan kefasihan bahasa. Dia bukanlah sesembahan di udara atau selainnya. Dia berada dalam segala sesuatu, namun tidak bergabung dalam keberadaan itu. Dia terpisah dari segala sesuatu, namun tidak gaib dengan keterpisahan itu. Lawan-Nya tak kuasa membandingkan-Nya. Sekutu-Nya tak mampu menyamai-Nya.

Keqidaman-Nya tidak berwaktu dan tujuan-Nya tidak berakhir. Dia terhijabkan oleh akal sebagaimana Dia terhijabkan oleh penglihatan. Dia juga terhijabkan dari penghuni langit, seperti halnya penghuni bumi. Dekaat dengan – Nya adalah kemuliaan dan jauh dari-Nya adalah kehinaan. “Di” tidak menempatkan-Nya, “Saat” tidak mewaktukan-Nya, dan “Jika” tidak mewaktukan-Nya.Ketinggian-Nya tanpa harus naik ke atas dan kedatangan-Nya tanpa harus berpindah.

Dia mengadakan yang hilang dan menghilangkan yang ada. Tidak mungkin dua sifat bisa berkumpul dalam waktu yang sama pada selain-Nya. Dari-Nya pikiran menemukan keimanan akan keberadaan-Nya. Keberadaan iman bukan keberadaan sifat. Dengan-Nyalah segala sifat disifatkan, tapi Dia tidak dapat disifatkan dengan sifat – sifat. Dengan-Nya segala makrifat diketahui, tetapi bukan dengan makrifat – makrifat Dia diketahui. Itulah Allah. Tak ada yang senama dengan-Nya. Mahasuci Dia. Tak ada sesuatupun menyerupai-Nya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Sumber Utama : Tuhaf al-'Uqul 'an ali al-Rasul
Kalimat al-Imam al-Husain
Sumber Rujukan : Mukhtasar Shahifah Husainiyyah, Muthahhari Press


 
Listed on Blogwise Site Meter