AlurKefasihan

Thursday, October 28, 2004

Etika Pemerintahan (14) (Jangan Menutup Diri terhadap Rakyat Banyak)

Surat Imam Ali Kepada Malik Asytar An-Nakha'iy Ketika Mengangkatnya Sebagai Wali Mesir dan Sekitarnya

Jangan berlama-lama menutup diri dari rakyatmu. Sikap seperti itu akan menyebabkan rasa kesal di hatimu dan menghilangkan kesempatan untuk memahami persoalan-persoalan yang kauhadapi. Demikian pula rakyat tidak akan memahami secara benar apa yang tertutup bagi mereka; lalu yang besar dianggap kecil sementara yang kecil menjadi besar. Yang baik pun dianggap buruk sementara yang buruk menjadi baik dalam pandangan mereka. Maka bercampur aduklah yang haqq dan yang bathil karenanya.

Dan sesungguhnya seorang pemimpin adalah manusia biasa yang tidak dapat mengetahui apa yang dilakukan orang di belakangnya. Sedangkan kebenaran tidak memiliki tanda-tanda yang dapat membedakan dengan jelas antara berbagai macam ketulusan dan kepalsuan. Sedangkan engkau adalah satu di antara dua : seorang dermawan yang selalu bermurah hati dalam kebenaran, maka tidak ada alasan darimu untuk menutup diri dari suatu kewajiban yang ingin kau laksanakan atau perbuatan mulia yang ingin kau lakukan. Atau engkau seorang penderita penyakit bakhil yang segera akan membuat orang banyak enggan meminta sesuatu darimu karena keputusasaan mereka untuk mendapatkannya. Meskipun – pada kenyataannya – kebanyakan keperluan manusia terhadapmu tidak akan terlalu memberatimu, baik yang berupa pengaduan tentang ketidakadilan atau permintaan perlakuan dengan kewajaran.

Sumber Utama : Nahjul Balaghah, Syarif Ar-Radhiy
Sumber Rujukan : Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan

Etika Pemerintahan (13) (Mengikhlaskan Ibadat dan Menyantuni Rakyat)

Surat Imam Ali Kepada Malik Asytar An-Nakha'iy Ketika Mengangkatnya Sebagai Wali Mesir dan Sekitarnya

Ada beberapa hal yang harus kautangani sendiri. Yaitu seperti menjawab permintaan pejabat-pejabatmu, secara langsung, dalam hal-hal yang tidak dapat dikerjakan oleh para juru tulismu. Juga untuk menyelesaikan, dengan segera, segala kebutuhan rakyatmu yang terhambat oleh kesempitan hati para pembantumu. Kerjakanlah tugas setiap hari pada waktunya, karena setiap hari-baru membawa-serta tugasnya masing-masing.

Jadikanlah bagian terbaik dan terbesar dari waktumu untuk Tuhanmu. Bahkan engkau sebenarnya dapat menjadikan seluruhnya untuk Tuhanmu. Yakni selama hatimu terjaga bersih dan rakyatmu terpelihara kepentingannya.

Dirikanlah sholat-sholat fardhu yang hanya untuk-Nya saja kaukerjakan. Jadikan kegiatanmu itu sebagai pengabdianmu yang paling tulus kepada-Nya. Serahkan kepada-Nya seluruh kegiatanmu sepanjang malam dan siang hari. Lakukan segala upaya pendekatan kepada-Nya secara sempurna tanpa cela dan lalai sedikit pun, betapapun hal itu menyebabkan letihnya tubuhmu.

Dan jika kau mengimami orang banyak, jagalah agar shalatmu tidak menjemukkan (karena panjangnya) atau merugikan mereka (karena kurang sempurnanya). Ingatlah bahwa di antara mereka ada yang menderita sakit atau dikejar suatu keperluan. Dan aku pernah menanyakan kepada Rasulullah saw. Ketika beliau mengutusku ke negeri Yaman, bagaimana sebaiknya aku mengimami shalat mereka. Beliau berkata: Sesuaikan sholatmu dengan keadaan orang yang terlemah di antara mereka, dan jadilah penyantun bagi seluruh kaum Mukmin.

Sumber Utama : Nahjul Balaghah, Syarif Ar-Radhiy
Sumber Rujukan : Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan

Friday, October 15, 2004

Etika Pemerintahan (12) (Kaum Fakir-Miskin dan Kaum Lemah)

Surat Imam Ali Kepada Malik Asytar An-Nakha'iy Ketika Mengangkatnya Sebagai Wali Mesir dan Sekitarnya

Ingatlah Allah dan ingatlah Allah selalu dalam perlakuanmu terhadap rakyatmu yang berada di tingkat terbawah. Terutama mereka yang lemah tak berdaya, kaum fakir-miskin dan mereka yang dipaksa oleh kebutuhan, orang-orang sengsara dan penderita cacat. Termasuk dalam kelompok ini, mereka yang meminta-minta dan yang selalu mengharapkan pemberian.

Ingatlah Allah dan ingatlah selalu orang-orang seperti itu yang dititipkan-Nya kepadamu! Berilah mereka bagian dari Bayt Al-Maal serta bagian dari rampasan perang dan hasil tanah di seluruh penjuru negeri. Semua mereka, yang dekat maupun yang jauh, telah ditetapkan untuknya bagiannya dan diperhatikan kepentingannya.

Jangan sekali-kali kau disibukkan oleh kemewahan sehingga melalaikan mereka. Dan jangan beranggapan bahwa kau tidak akan dituntut akibat melalaikan yang remeh semata-mata disebabkan kau telah menyempurnakan pelbagai urusan yang besar lagi penting. Curahkanlah perhatianmu kepada mereka dan jangan sekali-kali kaupalingkan wajahmu dari mereka. Telitilah juga hal-ihwal orang-orang yang tidak dapat mencapaimu disebabkan kehinaan mereka di mata orang banyak. Tugaskanlah beberapa orang kepercayaanmu – yang bersahaja dan tawadhu, - untuk meneliti keadaan orang-orang itu. Kemudian penuhilah kewajibanmu terhadap mereka sehingga kau dapat mempertanggung jawabkannya kelak, pada saat perjumpaanmu dengan Allah SWT. Mereka itu adalah bagian dari rakyatmuyang paling mendambakan kesadaranmu untuk kaupenuhi haknya lebih dari yang lain.

Betapapun juga, bebaskanlah dirimu dari tuntutan Allah dengan memberikan kepada setiap orang haknya yang ditetapkan Allah baginya.

Perhatikan baik-naik semua anak yatim dan orang lanjut usia, serta orang-orang lemah yang tak berdaya sementara hatinya tak mengizinkannya untuk mengemis meminta-minta. Tugas seperti ini adalah sesuatu yang berat bagi para penguasa, namun kebenaran memang berat semuanya. Meskipun Allah akan meringankannya juga bagi mereka untuk mencari keuntungan di Hari Akhir lalu merka menyabarkan diri mereka sendiri, dan yakin akan kebenaran janji Allah bagi mereka.

Sempatkanlah dirimu untuk menerima kehadiran orang-orang yang memerlukan bantuan keadilan darimu. Duduklah bersama mereka dalam suatu majelis yang terbuka, agar di sana kau bertawadhu' merendahkan hati bagi Dia yang menciptamu. Dalam pertemuan seperti itu, seyogyanya kausingkirkan tentaramu, pembantu-pembantumu dan pengawal-pengawalmu, agar mereka yang ingin menyampaikan keluhannya kepadamu dapat melakukannya dengan tenang tanpa rasa takut dan cemas. Beberapa kali aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tidak akan tersucikan suatu umat selama si lemah tidak dapat menuntut dan memperoleh kembali haknya dari si kuat tanpa rasa takut dan cemas.

Bersabarlah dalam menghadapi orang-orang yang lemah akalnya atau berat bicaranya. Singkirkanlah orang-orang buruk laku dan angkuh, niscaya Allah akan menebarkan rahmat-Nya dan mewajibkan pahala-Nya bagimu.

Bila kau memberi, berilah dengan penuh kerelaan! Bila kau menolak, tolaklah dengan halus sambil mengajukan alasan penolakanmu!

Sumber Utama : Nahjul Balaghah, Syarif Ar-Radhiy
Sumber Rujukan : Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan

Etika Pemerintahan (11) (Perlakuan terhadap Para Pedagang dan Tukang)

Surat Imam Ali Kepada Malik Asytar An-Nakha'iy Ketika Mengangkatnya Sebagai Wali Mesir dan Sekitarnya

Perhatikan dan perlakukan dengan baik para pedagang dan ahli pertukangan. Yaitu mereka yang berusaha di tempatnya atau yang berpindah-pindah dengan hartanya, ataupun yang berpenghasilan dengan tenaganya. Dengan merekalah tersedia bahan-bahan kebutuhan rakyat dan barang-barang keperluan sehari-hari. Dan merekalah yang menghadirkannya dari tempat-tempat jauh dan pusat-pusatnya di darat, di laut, di kota dan di pegunungan, yang kebanyakan rakyat tidak dapat mencapainya ataupun tidak berani pergi ke sana.

Bersikap ramahlah kepada mereka sebab mereka – pada umumnya – adalah orang-orang yang suka damai, yang tidak usah kaucemaskan timbulnya pembangkangan mereka dan tidak perlu kaukhawatirkan datangnya bencana dari mereka. Telitilah urusan-urusan mereka, yang berada dekat denganmu ataupun yang jauh, di seluruh penjuru negeri.

Namun ketahuilah juga, bahwa ada pula di antara mereka yang berperilaku buruk, amat serakah, gemar menimbun kebutuhan orang banyak dan memaksakan harga-harga semau hatinya. Itulah pintu mudarat bagi rakyat kecil dan cacat bagi penguasa negeri. Maka laranglah penimbunan barang sebagaimana Rasulullah saw. juga telah melarangnya.

Jagalah agar jual-beli berlangsung dengan mudah untuk semua yang bersangkutan. Dengan timbangan-timbangan yang jujur dan harga-harga yang tidak merugikan si penjual ataupun si pembeli. Dan barang siapa melakukan penimbunan juga, setelah kau sampaikan laranganmu, jerakanlah ia dengan hukuman sepatutnya, tetapi jangan melewati batas.

Sumber Utama : Nahjul Balaghah, Syarif Ar-Radhiy
Sumber Rujukan : Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan

Saturday, October 09, 2004

Etika Pemerintahan (10) (Memilih Juru Tulis (Sebagai Sekretaris Pribadi atau Lainnya ) )

Surat Imam Ali Kepada Malik Asytar An-Nakha'iy Ketika Mengangkatnya Sebagai Wali Mesir dan Sekitarnya


Kemudian perhatikanlah keadaan para juru tulismu. Tunjuklah orang terbaik untuk itu. Terutama untuk menangani surat-surat yang mengandung rencana-rencana rahasiamu, pilihlah seorang penulis yang kepribadiannya mencakup sebanyak mungkin akhlak luhur. Yaitu yang tidak mudah terpengaruh oleh kemuliaan kedudukannya di sisimu. Sedemikian sehingga bersikap kurang sopan terhadapmu di hadapan orang banyak, di saat ia berselisih paham denganmu. Bukan pula seorang pelalai yang tidak cukup melaporkan kepadamu tentang surat-surat yang datang dari pejabat-pejabatmu atau kurang cekatan dalam mengirim jawaban-jawabanmu yang tepat kepada mereka. Atau seorang yang lemah dalam mengikat-untukmu-perjanjian-perjanjian yang kau lakukan, dan tidak mampu menghindarkanmu dari kesulitan-kesulitan persyaratan yang dibebankan atas dirimu. Atau seorang yang tidak tahu menilai dirinya sendiri, sehingga ia tidak tahu lagi menilai orang lain.

Janganlah pilihanmu itu kaudasarkan atas firasat, kepercayaan atau persangkaan baikmu semata-mata. Hal ini mengingat bahwa para pejabat itu biasanya berusaha mempengaruhi firasat atasannya dengan cara mengambil hatinya dan berpura-pura dalam melayaninya. Yang demikian itu sama sekali tidak menunjukkan ketulusan dan amanat mereka. Karena itu pilihlah mereka berdasarkan pengalaman kerja mereka atas orang-orang baik sebelummu. Pilihlah yang paling baik pengaruhnya di kalangan orang banyak dan yang paling memegang amanat. Yang demikian itu merupakan bukti ketulusanmu kepada Allah, juga kepada rakyat yang kau beroleh kekuasaan atas mereka.

Angkatlah seorang kepala juru tulis bagi tiap urusanmu yang penting. Seorang yang kuat dan tidak menjadi bingung karena banyak yang harus diselesaikannya. Ketahuilah bahwa apapun cacat yang ada pada juru tulismu, semuanya itu akan kau tanggung sendiri akibatnya.

Etika Pemerintahan (9) (Tentang Kharaj dan Pertanian )

Surat Imam Ali Kepada Malik Asytar An-Nakha'iy Ketika Mengangkatnya Sebagai Wali Mesir dan Sekitarnya

Aturlah urusan kharaj (pendapatan negara) dengan sebaik-baik pengaturan sehingga membawa kebaikan bagi para petugas yang menangani. Dalam keberesannya dan keberesan merekalah bergantung segala keberesan yang lainnya. Tidak akan ada kebaikan bagi orang-orang lain kecuali dengan kebaikan mereka. Sebab rakyat semuanya bergantung pada pendapatan negara dan pejabat-pejabatnya.

Hendaklah usahamu dalam memajukan pertanian lebih besar daripada usahamu dalam menambah kharaj. Sebab, penambahan pendapatan negara tak akan tercapai kecuali dengan pembangunan pertanian. Seorang pemimpin yang memaksakan pertambahan kharaj tanpa (peningkatan) pembangunan, niscaya akan menyebabkan hancurnya negara, binasanya rakyat dan jatuhnya pemerintahan dalam waktu dekat.

Dan bila rakyat mengeluh kepadamu disebabkan beratnya pungutan atau timbulnya hama, berkurangnya air sungai atau hujan, rusaknya ladang karena terendam air ataupun tertimpa kekeringan, sepatutnya kau beri mereka keringanan demi perbaikan kepentingan mereka yang kauharapkan. Jangan meresa berat memberi keringanan beban mereka. Yakinkanlah dirimu bahwa yang demikian itu pasti akan kembali keuntungannya kepadamu kelak. Yaitu dalam pembangunan negeri dan pengukuhan pemerintahanmu, di samping pujian mereka padamu dan kegembiraanmu atas melimpahnya keadilan di antara rakyatmu. Engkau pun dapat mengharapkan bantuan dan kepercayaan mereka padamu di masa mendatang, dengan kebaikan yang kausimpankan di hati mereka dan keadilan serta kasih sayang yang kauperlihatkan dalam perlakuanmu terhadap mereka.

Dan adakalanya timbul berbagai kesulitan yang bila kauserahkan penyelesaiannya kepada mereka kelak, niscaya mereka akan menerimanya dengan senang hati. Karena kemakmuran mereka pasti mampu mengangkat beban apa saja yang kaupikulkan, dan – sebaliknya -- kehancuran negeri biasanya datang dari kemiskinan penduduknya. Kemiskinan bersumber dari kerakusan para pemimpin yang menumpuk-numpuk kekayaan. Baik disebabkan ketakutan mereka akan hilangnya kedudukan di masa dekat ataupun langkanya nasihat yang dijadikan pelajaran.

Sunday, October 03, 2004

Etika Pemerintahan (8) (Memilih Pejabat dan Pegawai Negeri)

Surat Imam Ali Kepada Malik Asytar An-Nakha'iy Ketika Mengangkatnya Sebagai Wali Mesir dan Sekitarnya
(Memilih Pejabat dan Pegawai Negeri)

Perhatikan para pegawaimu; jangan mempercayakan sesuatu jabatan sebelum mereka kauuji. Jangan mengangkat mereka karena ingin mengambil hati mereka ataupun demi kepentingan dirimu semata-mata. Sebab yang demikian itu adalah sumber kezaliman dan penghianatan.

Utamakanlah orang-orang yang berpengalaman, yang memiliki rasa malu, berasal dari keluarga baik-baik dan selalu mantap dalam keislamannya. Mereka itulah yang lebih mulia akhlaknya, lebih menjaga kehormatan dirinya, lebih terhindar dari kerakusan dan lebih jauh pandangannya akan akibat segala sesuatu.

Berilah mereka itu kecukupan dalam pendapatannya. Agar mereka mampu memperbaiki dirinya dan tidak terdorong untuk mengambil sesuatu yang di bawah kekuasaannya. Juga demi menghilangkan dalih mereka, bila nantinya mereka melanggar perintahmu atau menyalahgunakan kepercayaanmu.

Periksalah hasil kerja mereka dan kirimlah pengawas-pengawas dari orang-orang yang kau ketahui ketulusan dan kesetiaannya. Pengawasanmu secara rahasia dan terus-menerus atas urusan-urusan mereka, akan menjadi pendorong dalam tugas mereka menjaga amanat dan memperlakukan rakyat dengan sebaik-baiknya.

Waspadalah dalam memimpin pembantu-pembantumu. Bila seorang di antara mereka telah menjulurkan tangannya ke dalam pengkhianatan dan terkumpul bukti-buktinya dengan pasti berdasarkan laporan-laporan para pengawas, cukuplah yang demikian itu bagimu sebagai saksi. Jatuhilah hukuman atas dirinya, sitalah harta yang diambilnya, hinakanlah ia dengan menyebutnya sebagai pengkhianat dan “kalungilah” ia dengan kehinaan tuduhan.

Sumber Utama : Nahjul Balaghah, Syarif Ar-Radhiy
Sumber Rujukan : Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan

Etika Pemerintahan (7) ( Memilih Hakim-Hakim )

Surat Imam Ali Kepada Malik Asytar An-Nakha'iy Ketika Mengangkatnya Sebagai Wali Mesir dan Sekitarnya
( Memilih Hakim-Hakim )

Kemudian pilihlah untuk jabatan sebagai hakim orang-orang yang paling utama di antara rakyatmu, yang luas pengetahuannya dan tidak mudah dibangkitkan emosinya oleh lawannya. Tidak berkeras kepala dalam kekeliruan dan tidak segan kembali kepada kebenaran bila telah mengetahuinya. Tidak tergiur hatinya oleh ketamakan. Tidak merasa cukup dengan pemahaman yang ada di permukaan saja, tetapi ia berusaha memahami sesuatu dengan sedalam-dalamnya. Mereka yang paling segera berhenti, karena berhati-hati, bila berhadapan dengan keraguan. Yang paling bersedia menerima argumen-argumen yang benar dan yang paing sedikit raas kesalnya bila didebat oleh lawan. Yang paling sabar menyelidiki semua urusan dan yang paling tegas setelah beroleh kejelasan tentang penyelesaiannya. Yang tidak menjadi congkak bila dipuji dan tidak terpengaruh oleh segala macam bujuk rayu.

Sungguh orang seperti itu amat sedikit jumlahnya. Oleh sebab itu, sering-seringlah mengikuti serta menyelidiki keputusan-keputusan yang dibuatnya. Berilah ia kecukupan penghasilan sehingga meliputi keperluan hidupnya dan hanya sedikit saja kebutuhannya pada manusia lainnya. Berilah ia kedudukan terhormat di sisimu sehingga mencegah siapa saja di antara orang-orang yang dekat kepadamu daripada bersikap tidak wajar kepadanya, dan agar ia merasa aman bahwa tidak seorang pun akan berhasil memfitnahnya di hadapanmu. Perhatikan hal ini dengan saksama, sebab agama ini, beberapa waktu yang lalu, digunakan sebagai pelampias hawa nafsu dan diperalat guna mencapai keuntungan duniawi.

Sumber Utama : Nahjul Balaghah, Syarif Ar-Radhi
Sumber Rujukan : Mutiara Nahjul Balaghah, Mizan


 
Listed on Blogwise Site Meter